Anak-anak dan Dakwah

images1dakwatuna.com – Dalam sebuah kesempatan majelis taklim ibu-ibu yang saya bina, seorang ibu bertanya kepada saya apa anak-anak saya biasa tidur larut malam. Saya memahami pertanyaan ibu tersebut karena pada  saat itu jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas tengah malam dan anak bungsu saya yang berusia dua tahun masih asyik bermain dengan saudara-saudaranya sedangkan saya sibuk berinteraksi dengan ibu-ibu peserta majelis taklim. Bisa jadi ibu tersebut prihatin dengan keadaan saya yang membawa keempat anak saya ikut ke mana saya pergi. Malam-malam lagi. Bisa juga itu pendapat kagum karena saya masih terus berdakwah hingga tengah malam dengan membawa semua anak-anak saya.

Tidak jarang ada yang menyentil kebiasaan saya membawa rombongan anak-anak ketika berdakwah. Ada yang   mendukung, ada juga yang berkomentar prihatin bahkan ada juga yang merasa terganggu sampai-sampai ada yang mengusulkan kalau taklim tidak boleh bawa anak-anak karena akan mengganggu suasana. Bagi sebagian orang, mungkin sangat merepotkan membawa anak-anak pergi ke majelis yang di dalamnya penuh dengan harapan khusyuk dan tenang. Ya, saya bisa memahami itu.

Baca lebih lanjut

Lelah, Teramat Lelah…

Lelah. Mata ini lelah. Selalu terjaga, takut tertidur dan lengah. Jangan, jangan pejamkan mata, karena tugasmu berjaga. Tengah malam gelap gulita, mata ini masih terjaga. Berkhalwat khusyuk di kesunyian, munajat kepada Dia Yang Maha Perkasa. Memohon kekuatan, kemampuan, keteguhan, ketegaran, dalam perjalanan dakwah yang amat panjang tak terkira. Pagi-pagi buta, mata ini tetap terjaga, jangan sampai umat terlanda bahaya dan bencana pada saat kita lengah menjaga mereka. Siang terang benderang, mata ini selalu terjaga, melakukan hal terbaik bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Baca lebih lanjut

Ummu Haram binti Milhan: Teladan Kebajikan yang Syahid di Laut Putih

Keluarga Milhan Al-Anshari tergolong keluarga para sahabat mulia yang beruntung mereguk manisnya keimanan. Di dalam hati mereka bersemi rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka beruntung menyantap hidangan Islam dan hidup bahagia. Dengan izin Allah, mereka akan mendapatkan balasan yang baik di akhirat. Mereka tergolong orang-orang yang terdahulu masuk Islam. Di antara mereka yang beruntung mendapatkan keridhaan Allah adalah Ummu Haram binti Milhan bin Khalid Al-Anshariyyah An-Najjariyyah. Dia adalah bibi seorang sahabat mulia, yaitu Anas bin Malik, dan istri seorang sahabat bernama Ubbadah bin Ash-Shamit.

Ibnu Umar berkata, “Rasulullah SAW datang di Masjid Quba dengan berkendaraan atau berjalan kaki, lalu mengerjakan shalat dua rekaat.” (HR. Muslim)

Di Quba, dibangun sebuah masjid berdasarkan ketakwaan. Allah berfirman, “Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya.” (At-Taubah: 108)

Baca lebih lanjut

Ummu Hakim: Mujahidah Tangguh yang Menewaskan 7 Tentara Romawi

UMMU HAKIM binti Harits bin Hisyam adalah sosok mujahidah tangguh, setelah ia memeluk Islam. Sebelum keislamannya, ia bersama suaminya Ikrimah bin Abu Jahal termasuk kelompok yang memerangi Rasulullah SAW dalam Perang Uhud. Ummu Hakim merupakan salah seorang dari sepuluh (10) perempuan terkemuka Quraisy yang memeluk Islam saat Fathu Makkah (penaklukan Mekkah).

Ia adalah sosok istri, yang sangat mendorong suami untuk masuk Islam dan berjihad, hingga meraih syahid.  Karena Ummu Hakim terlebih dahulu masuk Islam. Sedangkan suaminya, Ikrimah bin Abu Jahal, sempat melarikan diri dari kota Mekkah, saat penaklukan Mekkah. Disebabkan  takut dibunuh oleh kaum Muslimin.
Baca lebih lanjut

Gairah Cinta dan Kelesuan Ukhuwah

Mungkin terjadi seseorang yang dahulunya saling mencintai akhirnya saling memusuhi dan sebaliknya yang sebelumnya saling bermusuhan akhirnya saling berkasih sayang. Sangat dalam pesan yang disampaikan Kanjeng Nabi SAW : “Cintailah saudaramu secara proporsional, mungkin suatu masa ia akan menjadi orang yang kau benci. Bencilah orang yang kau benci secara proporsional, mungkin suatu masa ia akan menjadi kekasih yang kau cintai.” (HSR Tirmidzi, Baihaqi, Thabrani, Daruquthni, Ibn Adi, Bukhari). Ini dalam kaitan interpersonal. Dalam hubungan kejamaahan, jangan ada reserve kecuali reserve syar’i yang menggariskan aqidah “La tha’ata limakhluqin fi ma’shiati’l Khaliq”. Tidak boleh ada ketaatan kepada makhluq dalam berma’siat kepada Alkhaliq. (HR Bukhari, Muslim, Ahmad dan Hakim). 

Doktrin ukhuwah dengan bingkai yang jelas telah menjadikan dirinya pengikat dalam senang dan susah, dalam rela dan marah. Bingkai itu adalah : “Level terendah ukhuwah (lower), jangan sampai merosot ke bawah garis rahabatus’ shadr (lapang hati) dan batas tertinggi tidak (upper) tidak melampaui batas itsar (memprioritaskan saudara diatas kepentingan diri). 

Bagi kesejatian ukhuwah berlaku pesan mulia yang tak asing di telinga dan hati setiap ikhwah : “Innahu in lam takun bihim falan yakuna bighoirihim, wa in lam yakunu bihi fasayakununa bighoirihi” (Jika ia tidak bersama mereka, ia tak akan bersama selain mereka. Dan mereka bila tidak bersamanya, akan bersama selain dia). Karenanya itu semua akan terpenuhi bila `hati saling bertaut dalam ikatan aqidah’, ikatan yang paling kokoh dan mahal. Dan ukhuwah adalah saudara iman sedang perpecahan adalah saudara kekafiran (Risalah Ta’lim, rukun Ukhuwah). 

Gairah Cinta dan Kelesuan Ukhuwah 

Karena bersaudara di jalan ALLAH telah menjadi kepentingan dakwah-Nya, maka “kerugian apapun” yang diderita saudara-saudara dalam iman dan da’wah, yang ditimbulkan oleh kelesuan, permusuhan ataupun pengkhianatan oleh mereka yang tak tahan beramal jama’i, akan mendapatkan ganti yang lebih baik. “Dan jika kamu berpaling, maka ALLAH akan gantikan dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan jadi seperti kamu” (Qs. 47: 38). 

Baca lebih lanjut

Bercermin Pada Soliditas Sahabat

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah: 214)

Ayat ini dan ayat-ayat yang senada dengannya dapat ditemukan pada tiga tempat dalam Al-Qur’an, yaitu surah Ali Imran: 142 yang berbunyi, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal Allah belum mengetahui orang-orang yang berjuang diantara kamu dan orang-orang yang bersabar”, dan surah Al-Ankabut: 2-3, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, sehingga Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (Al-Ankabut: 2-3).

Baca lebih lanjut

PENTINGNYA KREDIBILITAS KEILMUAN

Melihat dan mencermati suatu masalah dari berbagai sisi, tentu akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda dibandingkan bila kita melihatnya dari satu sisi. Demikian pula ketika kita melihatnya dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu tentu akan menghasilkan penilaian yang berbeda dibandingkan kita melihatnya hanya dengan satu disiplin ilmu saja.

Karenanya untuk bisa memahami perkembangan dakwah di era jahriyah jamahiriyah dan agar mampu mengelola negara yang menganut sistem ‘demokrasi’, memerlukan kedalaman ilmu dan peningkatan kapasitas keilmuan. Keterbatasan kapasitas keilmuan atau ketidakmampuan melihat masalah dari berbagai sudut pandang hanya akan membuat kita terkungkung dengan asumsi-asumsi atau kesimpulan yang menyesatkan. Ketika ada berita sebuah partai dakwah melakukan kerjasama dengan non muslim, ada orang yang mengatakan: ‘Tak satu pun sumber yang menyebutkan bahwa Nabi pernah menerima bantuan dari kaum kafir’. Bahkan ketika seorang musyrik menawarkan diri untuk ikut dalam sebuah jihad, Nabi mengujinya, Apakah anda beriman kepada Allah? Nabi spontan menolaknya dengan mengatakan, “Aku tidak akan pernah meminta bantuan kepada musyrik.” Menyimpulkan bahwa tak satupun sumber yang menyebutkan bahwa Nabi saw pernah menerima bantuan dari kaum kafir adalah kesimpulan yang sangat naif.

Baca lebih lanjut

Izinkan Kami Menata Ulang Taman Indonesia

“Sejarah adalah catatan statistik

tentang denyut hati, gerak tangan, langkah kaki, dan ketajaman akal.”

(Malik Bin Nabi, Ta`ammulat; 35)

 

 

 

Ledakan Energi Peradaban

Empat syuhada berangkat pada suatu malam,

gerimis air mata tertahan di hari keesokan,

telinga kami lekapkan ke tanah kuburan dan simaklah itu sedu-sedan,

Mereka anak muda pengembara tiada sendiri,

mengukir reformasi karena jemu deformasi,

dengarkan saban hari langkah sahabat-sahabatmu beribu menderu-deru,Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu.
Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh satu.

 

Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di Trisakti bahkan di seluruh negeri,

karena kalian berani mengukir alfabet pertama dari gelombang ini dengan darah arteri sendiri,

Merah Putih yang setengah tiang ini,merunduk di bawah garang matahari,

tak mampu mengibarkan diri karena angin lama bersembunyi.

Tapi peluru logam telah kami patahkan alam doa bersama,

dan kalian pahlawan bersih dari dendam,

karena jalan masih jauh dan kita perlukan peta dari Tuhan.
(Taufik Ismail, 1998)

Begitulah Taufik Ismail lewat sajak berjudul 12 Mei 1998 mengabadikan kepahlawanan empat mahasiswa Trisakti yang gugur diterjang peluru kediktatoran rezim Orde Baru; Elang Mulyana, Hery Hartanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidin Royan. Mereka adalah sebagian dari pelaku baru sejarah Indonesia dan sekaligus fajar yang menandai lahirnya generasi baru, generasi 1998.

Ibu pertiwi seperti menepati janjinya. Janji untuk melahirkan anak-anak yang setia pada cita-cita luhurnya; anak-anak yang membawa keberanian ditengah ketakutan, mengibarkan bendera perlawanan terhadap penindasan, memekikkan gaung pembelaan di tengah pengkhianatan; anak-anak yang memberikan darahnya dengan tulus sebagai mahar untuk kebebasan dan keadilan; anak-anak yang meninggalkan kenikmatan masa mudanya dengan penuh cinta untuk hidup dalam debu dan deru jalanan, bahkan menyerahkan hidupnya agar bangsa ini bisa hidup dengan cara yang lebih baik.

Maka sejarah panjang bangsa ini, setidak-tidaknya dalam hitungan abad ini, ditandai dengan kelahiran generasi demi generasi pada setiap persimpangan sejarah. Jika generasi 98 berhasil menumbangkan Orde Baru, maka generasi 66 berhasil mengakhiri Orde Lama. Dalam (puisi) “Sebuah Jaket Berlumur Darah” Taufik Ismail melukiskan suasana kepahlawanan itu:

Sebuah jaket berlumur darah
kami semua sudah menatapmu
telah berbagi duka yang agung dalam kepedihan bertahun-tahun.

Baca lebih lanjut

Ahmad Yasin: Legenda Ciptakan Kelemahan Jadi Kekuatan Hamas

Pembunuhan terhadap Syeikh Ahmad Yasin lima tahun lalu bukan peristiwa sepintas lalu. Peristiwa itu menjadi pusat renungan bagi seluruh pejuang kebebasan di dunia dan mengingatkan bangsa Arab dan umat Islam akan bahaya hakiki Israel di Palestin.

Gugurnya Syeikh Ahmad Yasin meningkatkan dukungan besar kepada gerakan Hamas bukan hanya di Palestin. Bahkan dukungan bangsa Arab dan Islam semuanya. Sejak saat itu semua orang bertanya tentang Hamas, gerakan yang menggoncang bangunan Israel, gerakan ini mula menyebar secara drastik hingga majoriti Palestin bergabung dengannya. Jika tidak bergabung, maka mereka mendukungnya atau simpati kepada gerakan perjuangan dan ketegaran memperjuangkan prinsip-prinsip dasar Palestin dan menolak rundingan damai dengan Israel.

Baca lebih lanjut

ketika aktivis dakwah bercinta…

resize-of-jatuh

 

Cinta aktivis dakwah adalah cinta seorang hamba dengan spectrum yang luas. Ia melihat kehidupan dengan cinta. Setiap hari, ketika Allah berikan kesadaran dan memasukkannya ke dalam perputaran kehidupan, ia menjalaninya dengan cinta. Apa yang membuat seorang menjadi resah dengan penyimpangan kehidupan. Apa yang menghalangi seorang dari tidur dan istirahat untuk mengurus urusan umat yang kompleks ini. Apa yang membuat seorang rela membelanjakan hartanya, meskipun ia sendiri tidak berharta lebih, untuk meringankan beban saudaranya. Semua itu adalah spectrum cinta aktivis dakwah.

Cinta aktivis dakwah adalah cinta yang lahir dari kerja keras menjaga rasa sayang Allah swt kepadanya. Ia membingkai kehidupannya dengan frame cinta yang hakiki. Masalah terbesarnya adalah jika Allah murka dengan semua rasa dan amalnya. Kebahagiaan terbesarnya adalah ketika Allah merahmati perasaan dan amalnya. Di dalam frame itulah ia menjalankan pentas kehidupannya. Maka ketika ia jatuh cinta, cinta itu membawanya kepada ketaatan. Cinta itu menghantarkannya kepada amalan-amalan yang membuat Allah semakin cinta kepadanya.

Ketika ia jatuh cinta, cinta itu membentenginya dari perbuatan ingkar dan penyimpangan. Cinta aktivis dakwah menghantarkannya kepada kehidupan yang berkah dan penuh rahmat. Ia mengijinkan perasaannya tumbuh dan berbunga hanya dalam bingkai ketaatan. Ketika cinta lawan jenis hadir dalam dirinya, maka itu pun tidak lepas dari komitmen menjaga hak-hak Allah di dalam cinta tersebut. Ia mempersembahkan cinta itu untuk orang yang memberinya jaminan cinta tersebut adalah berkah dan penuh rahmat. Ia menjalankan cinta tersebut dengan murakobah yang ketat. Ia selalu yakin, Allah memberikan pendamping yang baik sesuai kualitas kebaikan dirinya.

Cinta aktivis dakwah bukanlah cinta dusta. Yang berlindung dengan pernyataan, Allah tahu niat saya baik, tapi kemudian melakukan penyimpangan amal. Bukan cinta yang bisu dari pernyataan taushiah dan tuli dari bisikan kebaikan. Bukan cinta yang melenakan dan menjerumuskan kepada kehidupan yang meresahkan.

Bukan cinta yang diobral dengan hiasan kemaksiatan dan sekedar mengejar sebuah tuntutan social. Cinta aktivis dakwah bukan cinta dalam 30 hari mencari cinta. Cinta aktivis dakwah adalah cinta yang terang seterang matahari. Ia penuh dengan ketulusan dan bukan basa-basi. Ia jelas dengan perangkat yang tidak menyimpang dari statusnya sebagai hamba. Cintanya bukan sekedar kedekatan, melainkan juga tanggung jawab. Bukan sekedar romantika dunia, melainkan sendung mulia penduduk langit. Jelas, terang, dan tidak ada sedikit pun yang disembunyikan.

Cinta aktivis dakwah tidak membutuhkan pertanyaan Ada apa dengan Cinta. Cinta aktivis dakwah ada dalam tingkatan ketaatan, Allah Sang Raja, Rasulullah Sang kekasih, Perjuangan yang dirindukan, dan Pasangan hidup yang menyejukkan pandangan, serta anak-anak saleh dan salehah sebagai bunga dan buahnya. Cinta tulus, cinta murni, cinta yang hidup dan menghidupkan

 

by:cyberdakwah

Tujuh Gugatan Rakyat—> TUGU RAKYAT

Reformasi belum selesai, dan substansi reformasi belum tercapai..cita-cita reformasi baru tercapai apabila Tujuh Gugatan Rakyat (TUGU RAKYAT) terpenuhi:
* Nasionalisasi aset strategi bangsa
* Wujudkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang bermutu,terjangkau,dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia
* Tuntaskan kasus BLBI dan korupsi Soeharto beserta kroni-kroninya,sebagai perwujudan kepastian hukum di Indonesia
* Kembalikan kedaulatan bangsa pada sektor pangan,ekonomi, dan energi
* Jamin ketersediaan dan keterjangkauan harga kebutuhan pokok bagi rakyat
* Tuntaskan reformasi birokrasi dan berantas mafia peradilan
* Selamatkan lingkungan Indonesia dan tuntut Lapindo Brantas untuk mengganti rugi seluruh dampak dari lumpur Lapindo

Untuk itu,BEM Seluruh Indonesia yang beranggotakan tidak kurang dari 100 Universitas negeri maupun swasta di seluruh Indonesia,menyatakan sikap:

* Mendesak DPRD secara serius menuntaskan Tujuh Gugatan Rakyat yang menjadi permasalahan mendesak bangsa ini.

* DPRD untuk juga mendesak pemerintah pusat menuntaskan Tujuh Gugatan Rakyat serta menolak rencana kenaikan BBM

Baca lebih lanjut

-jamaah-

Jamaah dakwah juga memerlukan kontrol, pengendalian, dan perbaikan yang berkesinambungan. Karena, jamaah itu komunitas manusia.

Kelemahan-kelemahan bawaan yang ada pada diri manusia juga ada di jamaah dakwah. Itulah sebabnya mengapa sikap kritis dan kultur intropeksi menjadi instrumen penting dalam proses penyempurnaan kehidupan berjamaah.

sumber: Anis Matta dalam Menikmati Demokrasi

karakter muslim negarawan

Amanah besar yang dititipkan dari hasil Musyawarah Nasional V (Munas V) Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) di Palembang ialah setiap kader KAMMI bias mengaktualisasikan potensi dirinya menjadi sosok Muslim Negarawan. Dalam pandangan KAMMI, krisis kepemimpinan di tingkat nasional adalah minimnya sosok manusia Indonesia yang memiliki mentalitas dan sikap sebagai negarawan. Penjualan aset-aset berharga yang dimiliki negeri ini tidak secara bijak, kebijakan-kebijakan yang tidak memihak pada perlindungan seluruh potensi baik yang dimiliki masyarakat dan mendahulukan kepentingan individu atau kelompok daripada kepentingan bangsa merupakan salah satu indikasi dari kurangnya mentalitas negarawan. Korupsi dan menjual informasi berharga yang dimiliki bangsa ini dengan murah pada bangsa lain menunjukan hilangnya jiwa kenegarawanan bangsa.

KAMMI, sesuai visinya melahirkan pemimpin yang tangguh di masa depan berupaya untuk bersikap bijak bahwa ketimpangan bangsa ini harus diselesaikan dengan upaya perbaikan dan tawaran-tawaran solusi yang terbaik. Bahwa pasca bergulirnya reformasi gerakan mahasiswa tidak sekedar menampilkan sosok kepemudaannya sebagai anak bangsa yang kritis, lebih dari itu pemuda adalah pewaris yang sah atas masa depan negeri ini, maka ia ikut bertanggung jwab membangun negeri ini. Dalam proses pembanngunan ini kader KAMMI dituntut untuk seimbang dalam memandang persoalan secara kritis dan konstruktif.

Muslim negarawan adalah kader KAMMI yang memiliki basis ideologi Islam yang mengakar, basis pengetahuan dan pemikiran yang mapan, idealis dan konsisten, berkontribusi pada pemecahan problematika umat dan bangsa, serta mampu menajdi perekat komponen bangsa dalam upaya perbaikan.

Bangsa dan umat ini membutuhkan para pemimpin perubahan yang memiliki idealisme dan kompetensi yang diperhitungkan. Para pemimpin itu terlahir dalam rahim gerakan Islam yang tertata rapih (quwwah al munashomat), semangat keimanan yang kuat (ghiroh qawiyah) dan kompetensi yang tajam. Tiga hal ini merupakan syarat utama menculnya sosol muslim negarawan yang memiliki keterpihakan pada kebenaran dan terlatih dalam proses perjuangannya.

Secara aplikatif sosok kader muslim negarawan harus memiliki kompetensi kader yang harus dilatih sejak dini. Kompetensi kritis ini adalah kemampuan yang harus dimiliki kader yang dirancang sesuai kebutuhan masa depan sebagaimana yang dirumuskan dalam visi KAMMI, sebagai berikut:

1. Pengetahuan Ke-Islam-an

Kader harus memiliki ilmu pengetahuan dasar keIslaman, ilmu alat Islam, dan wawasan sejarah dan wacana keIslaman. Pengetahuan ini harus dimiliki agar kader memiliki sistem berpikir Islami dan mampu mengkritisi serta memberikan solusi dalam cara pandang Islam.

2. Kredibilitas Moral

Kader memiliki basis pengetahuan ideologis, kekokohan akhlak, dan konsisten dakwah Isslam. Kredibilitas moral ini merupakan hasil dari interaksi yang intensif dengan manhaj tarbiyah Islamiyah serta implementasinya dalam gerakan (tarbiyah Islamiyah harokiyah).

3. Wawasan Ke-Indonesia-an

Kader memiliki pengetahuan yang berkolerasi kuat dengan solusi atas problematika umat dan bangsa, sehingga kader yang dihasilkan dalam proses kaderisasi KAMMI selain memiliki daya kritis, ilmiah dan obyektif juga mampu memberikan tawaran solusi dengan cara pandang makro kebangsaan agar kemudian dapar memberikan solusi praktis dan kompeherensif.

Wawasan ke-Indonesia-an yang dimaksud adalah penguasaan cakrawala ke-Indonesia-an, realitas kebijakan publik, yang terintegerasi oleh pengetahuan indisipliner.

4. Kepakaran dan Profesionalisme

Kader wajib menguasai studi bidangnya agar memiliki keahlian spesialis dalam upaya pemecahan problematika umat dan bangsa. Profesionalisme dan kepakaran adalah syarat mutlak yang kelak menjadikan kader dan gerakan menjadi referensi yang ikut diperhitungkan publik.

5. Kepemimpinan

Kompetensi kepemimpinan yang dibangun kader KAMMI adalah kemampuan memimpn gerakan dan perubahan yang lebih luas. Hal mendasar dari kompetensi ini adalah kemampuan kader berorganisasi dan beramal jama¢i. Sosok kader KAMMI tidak sekedar ahli di wilayah spesialisnya, lebih dari itu ia adalah seorang intelektual yang mampu memimpin perubahan. Di samping mampu memimpin gerakan dan gagasa, kader pun memiliki pergaulan luas dan jaringan kerja efektif yang memungkinkan terjadi akselerasi.

6. Diplomasi dan Jaringan

Kader KAMMI adalah mereka yang terlibat dalam upaya perbaikan nyata di tengah masyarakat. Oleh karena itu, ia harus memiliki kemampuan jaringan, menawarkan dan mengkomunikasikan fikrah atau gagasannya sesuai dengan bahasa dan logika yang digunakan berbagai lapis masyarakat. Penguasaan skill diplomasi, komunikasi massa dan jaringan ini adalah syarat sebagai pemimpin perubahan.

tulisan seorang teman
Yuda aldurra
Kaderisasi KAMMI Cilegon 06-07
Grand Design & Orientasi Manhaj Kaderisasi 1427 H